Tidak semua yang dicintal itu harus dimiliki. Ada masa hanya satu persinggahan yang perlu direnungi.
Walau bertahun tahun Tuhan pinjamkan. Namun jika ianya bukan milik kita.
Maka, perlahan lahan anya akan pergi. Di saat itu Tuhan mengujimu. Menguji untuk menaikkan darjatmu. Menguji untuk menggantikan yang lebih baik dari itu.
Di saat itu, Hargai siapa pun yang Tuhan ganti, hargai apa pun yang Tuhan beri.
Kerana cinta itu perlukan pengorbanan yang besar untuk kau hargai sehingga Dia panggil untuk pulang ke negeri abadi
Tidak semua yang dicintal itu harus dimiliki. Ada masa hanya satu persinggahan yang perlu direnungi.
Walau bertahun tahun Tuhan pinjamkan. Namun jika ianya bukan milik kita.
Maka, perlahan lahan anya akan pergi. Di saat itu Tuhan mengujimu. Menguji untuk menaikkan darjatmu. Menguji untuk menggantikan yang lebih baik dari itu.
Di saat itu, Hargai siapa pun yang Tuhan ganti, hargai apa pun yang Tuhan beri.
Kerana cinta itu perlukan pengorbanan yang besar untuk kau hargai sehingga Dia panggil untuk pulang ke negeri abadi
BY Naufal isa (نوفل)
Warning: Undefined variable $i in /var/www/group-telegram/post.php on line 260
Update March 8, 2022: EFF has clarified that Channels and Groups are not fully encrypted, end-to-end, updated our post to link to Telegram’s FAQ for Cloud and Secret chats, updated to clarify that auto-delete is available for group and channel admins, and added some additional links. Telegram was founded in 2013 by two Russian brothers, Nikolai and Pavel Durov. Although some channels have been removed, the curation process is considered opaque and insufficient by analysts. On Telegram’s website, it says that Pavel Durov “supports Telegram financially and ideologically while Nikolai (Duvov)’s input is technological.” Currently, the Telegram team is based in Dubai, having moved around from Berlin, London and Singapore after departing Russia. Meanwhile, the company which owns Telegram is registered in the British Virgin Islands. It is unclear who runs the account, although Russia's official Ministry of Foreign Affairs Twitter account promoted the Telegram channel on Saturday and claimed it was operated by "a group of experts & journalists."
from in